DESA LEGETANG
Inilah
kisah tentang Dukuh Legetang, yang masuk dalam wilayah Banjarnegara, Jawa
Tengah. Kejadiannya di tahun 1955.Deretan Pegunungan Dieng dan Lembahnya dengan
pemandangan yang sangat memikat .
Dukuh
Legetang adalah sebuah dukuh makmur yang lokasinya tidak jauh dari dataran
tinggi Dieng-Banjarnegara, sekira 2 kilometer di sebelah utaranya. Dukuh
Legetang terletak di desa Pekasiran, kecamatan Batur, kabupaten Banjarnegara,
masih berada di wilayah pegunungan Dieng – Petarangan. Secara astronomis
terletak pada 7.19416667S, 109.8652778E.
Penduduknya
cukup makmur dan kebanyakan para petani yang cukup sukses. Mereka bertani
sayuran, kentang, wortel, kobis, dan sebagainya.Berbagai kesuksesan duniawi
yang berhubungan dengan pertanian menghiasi dukuh Legetang. Misalnya apabila di
daerah lain tidak panen tetapi mereka panen berlimpah. Kualitas buah dan sayur
yang dihasilkan juga lebih baik dari yang lain. Namun bukannya mereka
bersyukur, dengan segala kenikmatan ini mereka malah banyak melakukan kemaksiatan.
Barangkali ini yang dinamakan “istidraj” atau disesatkan Allah dengan cara
diberi rezeki yang banyak namun orang tersebut akhirnya makin tenggelam dalam
kesesatan. Masyarakat Dukuh Legetang umumnya ahli maksiat. Perjudian di dukuh
ini merajalela, begitu pula minum-minuman keras. Tiap malam mereka mengadakan
pentas Lengger, sebuah kesenian tradisional yang dibawakan oleh para penari
perempuan, yang sering berujung kepada perzinaan. Ada juga anak yang malah
melakukan kemaksiatan bersama ibunya sendiri. Beragam kemaksiatan lain sudah
sedemikian parah di dukuh ini.
Pada suatu
malam, 17 April 1955, turun hujan yang amat lebat di dukuh itu. Tapi masyarakat
Dukuh Legetang masih saja tenggelam dalam kemaksiatan. Barulah pada tengah
malam hujan reda. Tiba-tiba terdengar suara keras seperti sebuah bom besar
dijatuhkan di sana, atau seperti suara benda yang teramat berat jatuh. Suara
itu terdengar sampai ke desa-desa tetangganya. Namun malam itu tidak ada satu
pun yang berani keluar karena selain suasana teramat gelap, jalanan pun sangat
licin.
Pada pagi
harinya, masyarakat yang ada di sekitar Dukuh Legetang yang penasaran dengan
suara yang amat keras itu barulah keluar rumah dan ingin memeriksa bunyi apakah
itu yang terdengar amat memekakkan telingan tadi malam. Mereka sangat kaget
ketika di kejauhan terlihat puncak Gunung Pengamun-amun sudah terbelah, rompal.
Dan mereka lebih kaget bukan kepalang ketika melihat Dukuh Legetang sudah
tertimbun tanah dari irisan puncak gunung tersebut. Bukan saja tertimbun tapi
sudah berubah menjadi sebuah bukit, dengan mengubur seluruh dukuh beserta
warganya. Dukuh Legetang yang tadinya berupa lembah, kini sudah menjadi sebuah
gundukan tanah baru menyerupai bukit. Seluruh penduduknya mati. Gegerlah
kawasan Dieng…Masyarakat sekitar terheran-heran. Seandainya Gunung
Pengamun-amun sekedar longsor, maka longsoran itu pasti hanya akan menimpa
lokasi di bawahnya. Akan tetapi kejadian ini jelas bukan longsornya gunung.
Antara Dukuh Legetang dan Gunung Pengamun-amun terdapat sungai dan jurang, yang
sampai sekarang masih ada. Namun sungai dan jurang itu sama sekali tidak
terkena longsoran. Jadi kesimpulannya, potongan gunung itu malam tadi terangkat
dan jatuh menimpa dukuh Legetang.
Siapa yang mampu mengangkat separo
gunung itu kalau bukan Allah Yang Maha Kuasa? Dan apabila gunung-gunung
diterbangkan,” (QS. at-Takwir: 3).
Untuk memperingati kejadian itu,
pemerintah setempat mendirikan sebuah tugu yang hari ini masih bisa dilihat
siapa pun.
Ditugu tersebut ditulis dengan plat
logam:
“TUGU PERINGATAN ATAS TEWASNJA 332
ORANG PENDUDUK DUKUH LEGETANG
SERTA 19 ORANG TAMU DARI LAIN-LAIN
DESA
SEBAGAI AKIBAT LONGSORNJA GUNUNG
PENGAMUN-AMUN
PADA TG. 16/17-4-1955″
Sungguh kisah tenggelamnya dukuh
Legetang ini menjadi peringatan bagi kita semua bahwa azab Allah swt yang
seketika itu tak hanya terjadi di masa lampau, di masa para nabi, tetapi azab
itu pun bisa menimpa kita di zaman ini. Bahwa sangat mudah bagi Allah swt untuk
mengazab manusia-manusia lalim dan durjana dalam hitungan detik. Andaikan di muka
bumi ini tak ada lagi hamba-hamba-NYa yang bermunajat di tengah malam menghiba
ampunan-Nya, mungkin dunia ini sudah kiamat.
KOTA POMPEII
Pompeii
adalah sebuah kota zaman Romawi kuno yang telah menjadi puing dekat kota Napoli dan
sekarang berada di wilayah Campania, Italia. Pompeii hancur oleh letusan gunung Vesuvius pada 79 M. Debu letusan gunung
Vesuvius menimbun kota Pompeii dengan segala isinya sedalam beberapa kaki
menyebabkan kota ini hilang selama 1.600 tahun sebelum ditemukan kembali dengan
tidak sengaja. Semenjak itu penggalian kembali kota ini memberikan pemandangan
yang luar biasa terinci mengenai kehidupan sebuah kota di puncak kejayaan Kekaisaran
Romawi. Saat ini kota Pompeii merupakan salah satu dari Situs Warisan Dunia UNESCO.
Pompeii terletak pada koordinat 40°45′0″LU
14°29′10″BT,
sebelah tenggara kota Napoli, dekat dengan kota modern Pompei saat ini. Kota
ini berdiri di lokasi yang terbentuk dari aliran lava ke arah utara di hilir Sungai
Sarno (zaman dulu bernama "Sarnus"). Saat ini daratan ini agak
jauh letaknya di daratan, namun dahulu merupakan daerah yang dekat dengan
pantai. Pada abad pertama M, Pompeii hanyalah salah satu dari
sekian kota yang berlokasi di sekitar kaki Gunung Vesuvius. Wilayah ini cukup
besar jumlah penduduknya yang menjadi makmur karena daerah pertaniannya subur.
Beberapa kelompok kota kecil di sekitar Pompeii seperti Herculaneum
juga menderita kerusakan atau kehancuran oleh tragedi letusan Vesuvius .
Menjelang siang denyut Pompeii, belum sepenuhnya
menyala. Warga kota megah di kaki Gunung Vesuvius, Italia itu masih terlelap
sisa pesta semalam suntuk hari sebelumnya. Nyaris menjadi kebiasaan warga kota,
menggelar pesta mengumbar semua kegilaan duniawi. Semua jenis minuman
ditenggak. Jangan tanya seberat apa kadar alkoholnya. Jiwa seperti terbang dari
raga. Pergaulan bebas. Namun, hari itu, 24 Agustus tahun 79 Masehi, penghuni
Pompeii yang masih asyik di peraduan tersentak. Mata yang masih berat pun
terpaksa terbuka ketika ranjang empuk bergetar hebat. Langit rumah ikut
bergoyang. Belum ada semenit, mereka kembali dikagetkan suara gemuruh yang
turun dari gunung Vesuvius. Dalam sekejap, patung-patung besar dari perunggu
berpose mesum, gedung teater, pemandian, arena gladiator serta rumah bordil
--landmark termasyhur kota itu-- roboh. Orang-orang tumpah ke jalanan dengan
pandangan kosong tak berdaya. Mereka bertanya, "Apa yang sesungguhnya
sedang terjadi?" tulis Pliny muda (pejabat dan penyair Romawi)
menceritakan kisah menyeramkan itu lewat surat-surat bersejarahnya yang
kemudian dilansir kantor berita Inggris, BBC.
Kengerian itu sejatinya baru dimulai, saat mata
mereka terbelakak melihat batu besar terlempar ke langit beserta lahar panas
yang kemudian menghujam bumi. Semua itu muntahan isi 'perut' gunung Vesuvius
yang tengah murka. Letusan itu berlangsung seharian. Tanpa ada peringatan serta
jalan keluar, 20.000 orang penghuninya terjebak. Lahar panas yang berlimpah
ruah memanggang Pompeii. Membumihanguskan semua tanda-tanda kehidupan. Kota
yang berdiri di bawah pemerintahan Kaisar Romawi Nero lenyap seketika. Terkubur
lahar panas dan debu sedalam hingga tiga meter. Sejak itu Pompeii pun dilupakan
orang.
Pompeii secara tak sengaja ditemukan...Dijuluki Kota 'Maksiat'
Hampir dua millenium raib, Pompeii secara tak
sengaja ditemukan pada 1748. Kala itu, sejumlah arkeolog mencari keberadaan
artefak berharga dan harta karun di wilayah Campania, sebelah tenggara kota
Napoli, Italia.Ketika itulah misteri hilangnya kota Pompeii selama ribuan tahun
akhirnya terbongkar. Bahkan lebih mengejutkan adalah artefak yang ditemukan
tidak hanya berupa tembikar dan barang kuno, tetapi juga puluhan jasad dalam
kondisi mengejutkan.
Dari penemuan ini terungkap karakteristik penduduk
kota yang kaya raya pada waktu itu. Kota itu ternyata mengumbar perzinaan.
Bahkan bisa diyakini telah menjadi surga bagi kaum homoseksual. Pompeii penuhi
dengan lokasi perzinahan atau prostitusi yang menyebar di segala penjuru kota.
Bahkan saking banyaknya hingga susah membedakan tempat pelacuran umum dan
kawasan rumah biasa.
DESA SODOM DAN GOMORA
Kota Sodom dan Gomorrah
adalah dua kota yang dikaitkan dengan kisah Nabi Luth dan kaumnya. Paling
tidak, dalam pandangan Islam, Kristen, Yahudi, diyakini bahwa dua kota ini
memang pernah ada, dan kemudian dihancurkan Tuhan akibat begitu besarnya
kemaksiatan yang dilakukan oleh penduduknya. Kota inilah yang daripadanya lahir
istilah sodomy, and sodomite. Bahkan, dalam bahasa Ibrani, Sodom itu sendiri
berarti terbakar, dan Gomorrah berarti terkubur. Sekitar 4000 tahun yang lalu,
Sodom dan Gomora menyandang reputasi sebagai kaum yang melegalkan berbagai
penyimpangan seksual. Walau Kitab suci tak pernah menyebutkan apa perbuatan
mereka secara mendetil sehingga bisa bernasib seperti itu. Walaupun demikian,
Kitab suci sangat jelas memberikan penggambaran mengenai hukuman yang mereka
terima dari Sang Pencipta. “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri
kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami
hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (QS
Huud ayat 82) Jika cerita mengenai Sodom dan Gomora memang terjadi seperti apa
yang dikisahkan di dalam Al-Quran maupun Injil, maka sangat mungkin terjadi di
suatu lahan kosong terpencil di sebelah lautan tanpa kehidupan. Tapi, dimanakah
tempat itu? Seperti yang kita ketahui, banyak tempat yang dikisahkan didalam
kitab suci sulit untuk ditentukan dimana lokasi yang sebenarnya. Contohnya
didalam Kitab Taurat yang membahas tentang lima kota lembah. Sampai saat ini
kita hanya bisa berspekulasi bahwa kelima kota tersebut berada disekitar laut
mati.
Cerita mengenai Sodom
dan Gomora ini terjadi di zaman Ibrahim a.s, berabad-abad sebelum Musa a.s
keluar dari tanah Mesir. Tak ada yang menemukan petunjuk kota seperti itu
pernah ada, sebab tak pernah ada orang yang sungguh-sungguh mencari-nya. Hingga
pada tahun 1924, Ahli purbakala bernama William Albright berangkat menuju ke
Laut Mati untuk melakukan penelitian disana. Beberapa orang yang bersamanya
jelas mencari keberadaan sisa-sisa Sodom dan Gomora. Mereka mengitari pantai
tenggara dari laut mati hingga mereka ahirnya tiba di sutus purbakala
Bab-edh-dhra. Bab-edh-dhra (dibaca : Babhedra), merupakan situs jaman perunggu,
namun tak ada petunjuk jika situs itu meupakan suatu kota. Tampaknya daerah itu
merupakan suatu daerah pemakaman. Namun Albright tak memiliki sumber daya untuk
menggalinya. Jadi hampir 50 tahun berlalu sebelum ada yang kembali ke situs
tersebut untuk melakukan penggalian.
Ahli Purbakala Paul Lapp memimpin penggalian
di tahun 1967, dan Thomas Schaub termasuk salah satu penggalinya. Bab-edh-dhra
merupakan makam terbesar khas jaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15
meter dan lebarnya 7 meter. Disini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan
emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan termasuk
tempat parfum kecil dan banyak benda lain seperti kain. Situs ini sungguh
menakjubkan, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman
Ibrahim hingga penghancuran Sodom. Namun, tak ada apapun untuk mengaitkan
pemakaman kuno itu dengan Sodom. Misterinya, sekitar tahun 2350 SM, penguburan
itu mendadak berhenti tak ada yang tahu mengapa. Ada sejumlah sebab mengapa
suatu situs tak ditempati lagi, beberapa bisa disimpulkan, beberapa lagi tidak.
Penyebab pada umumnya mungkin persediaan air mengering, lingkungan berubah,
iklim berubah atau orang-orangnya dibasmi total.
Sodom dan Gomora dari segi Sanis Dilansir
berbagai sumber, penelitian-penelitian arkeologi dan geologi yang telah
dilakukan sejak tahun 1920-an di wilayah Laut Mati menemukan bahwa bekas-bekas
kota Sodom dan Gomora paling mungkin terletak di tepi tenggara Laut Mati, yaitu
dua kota yang di dalam arkeologi dikenal sebagai Bab edh-Dhra (Sodom) dan
Numeira (Gomora). Di kedua kota itu ditemukan banyak artefak dan rangka manusia
yang menunjukkan bekas kejadian bencana pada sekitar tahun 2000 SM. Laut Mati
merupakan pull-apart basin yang dibentuk oleh tarikan transtensional dua sesar
mendatar mengiri (sinistral-transtensional duplex) Sesar Yudea dan Sesar Moab.
Sodom dan Gomora terletak di atas Sesar Moab. Laut Mati dicirikan oleh endapan
elisional, kegempaan yang tinggi, fenomena diapir, gunung garam dan gunung
lumpur, serta akumulasi hidrokarbon (aspal dan bitumen) dengan kadar belerang
tinggi.
Pembinasaan Sodom dan Gomora diinterpretasikan
terjadi melalui bencana geologi dengan urutan :
1. Pergerakan Sesar Moab
2. Gempa dengan magnitude 7,0+ yang
menghancurkan kota-kota dan sekitarnya serta likuifaksi yang menenggelamkan
sebagian wilayah kota-kota
3. Erupsi gunung garam dan gunung lumpur
yang meletuskan halit, anhidrit, batu-batuan, lumpur, aspal, bitumen, dan
belerang,
4. Kebakaran kota-kota dan sekitarnya karena
material hidrokarbon yang diletuskan terbakar sehingga menjadi hujan api dan belerang.
Bencana katastrofik ini telah meratakan Sodom
dan Gomora dan menewaskan seluruh penduduknya kecuali Luth dan dua putrinya.
Api dari langit yang menghujani Sodom dan Gomora bukan fenomena astroblem
(seperti meteor), melainkan fenomena katastrofi (malapetaka) geologi berupa
aspal dan bitumen yang terbakar serta belerang yang berasal dari letusan gunung
garam dan gunung lumpur.
EmoticonEmoticon